Dunia tauziah tanah air terus mengalami perkembangan khususnya setelah era reformasi dan ini tentu saja dikarenakan bebasnya setiap warga negara dalam mengutarakan aspirasinya, salah satunya melalui wadah berbagi ilmu dalam tauziah. Efeknya, bermunculanlah para ustad yang mampu memikat hati para muslimin dan muslimat sehingga merekanpun tampil sebagai wajah baru publik figur pertelevisian Indonesia. Bukan hanya kharisma yang membuat para ustad itu begitu diminati, tapi juga ciri khas dalam penyampaian materi hingga tak jarang, wajah tampan merekapun bisa dikatakan sebagai salah satu magnet penarik jamaah.
Salah satu sosok yang dikenal sangat bersahaja dan memiliki ribuan jamaah adalah Ustd. Yusuf Mansyur. Ya, siapa yang tidak mengenal ustd kita yang satu ini. Jika Ustd. kocak Maulana memakai yel-yel "Jamaah...oh jamaah....Alhamdu....lillah", dan si cakep Ustd. Solmed berciri khas yel-yel "Kata siapa? ustd Solmed!", Ustd. Yusuf mansyur tidak memakai hal semacam itu. Tidak ada yel-yel, tidak ada bintang tamu artis, beliau hanya tampil apa adanya. Perbedaan mendasar kedua antara ustd. Yusuf Mansyur dengan penceramah yang lain tampak jelas pada cara penyampaian materi. Para penceramah lain khususnya yang masih muda, cenderung seperti script based material delivery or bahasa gampangnya seperti menghafal materi dari sumber tertulis. Memang kontennya menjadi terorganisir, si penceramah seperti tahu kapan harus mengatakan key words, ataupun bercanda sehingga dengan cepat dapat menarik perhatian audience. Akan tetapi, jika diperhatikan flownya menjadi tidak natural. Nah, di sinilah keunggulan ustd. Yusuf, teknik penyampaian materi ustd. ini begitu berbeda. Dalam berceramah ustd. yang satu ini tidak mengandalkan inflection (baca: turun naiknya nada), melainkan seakan berbicara face to face secara personal dengan audience. Cara bicaranya juga terasa begitu natural, langsung dari hati dan pikiran, benar-benar tidak ada kesan menghafal sama sekali. Memang di awal -awal mendengar ceramah beliau sepertinya tidak begitu menarik karena gaya bicaranya yang "terlalu biasa" untuk ukuran penceramah tapi ketika masuk ke dalam pendalaman materi, Subhanallah, pemahaman mateinya benar-benar mendalam. Kata "terlalu biasa" inilah yang juga membuat nama ustd. Yusuf tidak langsung mencuat ke permukaan selayaknya ustd. Maulana dan ustd. Solmed, perlahan namun pasti ustd. ini mendapatkan tempat spesial di hati jamaah.
Menilik judul artikel ini ; Cerdasnya ustd. Yusuf Manyur, anda pasti bertanya-tanya apakah hanya karena hal-hal tersebut di atas saja ustd. ini saya katakan begitu cerdas, jawabannya jelas bukan. Fokus materilah yang membuat saya berpendapat demikian. ustd. Yusuf tampil dengan menyentil hal yang begitu lekat dengan kehidupan manusia; ekonomi.
Logiknya jelas, apa lagi faktor utama yang membuat orang melupakan Tuhan selain rutinitas. Harus mengejar deadline tugas sampai lupa makan siang apalagi shalat, memimpin rapatpun tidak pernah menoleh jam ketika azan sudah lama berkumandang. Lalu setelah materi didapat, lupa kalau banyak saudara-saudara kita yang harus mengganjal perut. "Kalau mau duit, ya kerja, hasilnya duit gua hak gua lah" itulah yang terjadi saat ini. Akibatnya kesenjangan sosial semakin menanjak, akhir-akhir ini saja sudah berapa kasus bunuh diri yang terjadi, terakhir seorang ibu di Bandung nekad bunuh diri setelah terlebih dahulu membunuh anaknya yang masih berusia 4 tahun. Faktor utama yang disinyalir adalah salah satunya, ekonomi. Kesulitan hidup ditambah ketidakpedulian masyarakatlah yang mendukung peristiwa-peristiwa sejenis terjadi.
Ustd. Yusuf cerdas membaca peran ekonomi dalam masyarakat dan hubungannya dengan Sang Pencipta. Setiap ceramah beliau berisikan motivasi untuk tidak berputus asa dalam mencari rezeki yang halal. Sebagaimanapun banyaknya hutang, sulitnya hidup, pekerjaan yang hilang, jika Allah sudi dan pasti senang membantu jika si hamba memang meminta dan rela meminjamkan sesedikit apapun harta yang dimiliki, walaupun hanya recehan, Allah pasti mengganti. "Bukan pekerjaan yang memberi kita rezeki, tapi Allah" itulah ungkapan yang sering kita dengar dalam ceramah ustd ini. Bahkan dalam bukunya the Miracle of Giving, ustd. Yusuf berani merumuskan matematika sedekah 10-1 bukan 9 tapi 10-1=19, karena seperti janjiNya Allah akan mengganti 10 kali lipat.
Ustd. Yusuf cerdas membaca peran ekonomi dalam masyarakat dan hubungannya dengan Sang Pencipta. Setiap ceramah beliau berisikan motivasi untuk tidak berputus asa dalam mencari rezeki yang halal. Sebagaimanapun banyaknya hutang, sulitnya hidup, pekerjaan yang hilang, jika Allah sudi dan pasti senang membantu jika si hamba memang meminta dan rela meminjamkan sesedikit apapun harta yang dimiliki, walaupun hanya recehan, Allah pasti mengganti. "Bukan pekerjaan yang memberi kita rezeki, tapi Allah" itulah ungkapan yang sering kita dengar dalam ceramah ustd ini. Bahkan dalam bukunya the Miracle of Giving, ustd. Yusuf berani merumuskan matematika sedekah 10-1 bukan 9 tapi 10-1=19, karena seperti janjiNya Allah akan mengganti 10 kali lipat.
Lalu apa hubungannya pengajian ustd. Yusuf dengan kehidupan sosial masyarakat? saya rasa benang merahnya sudah jelas. Di zaman yang serba sulit ini, egoisme individu kian menjadi-jadi. Imbasnya kepedulian sosial semakin menipis. Dalam tauziahnya ustd. Yusuf bertanya pada hati nurani jamaah, apakah dalam kesempitan sekalipun kita masih percaya dengan kemahakuasaan Allah dan masih rela berbagi?. Dalam hal ini, ustd. Yusuf kerap menginspirasi audience dengan kisah-kisah nyata yang seakan tidak mungkin bisa terjadi seputar pertolongan Allah sebagai hikmah dari sedekah.
Kesimpulannya, ustd. Yusuf selalu konsisten dalam setiap tauziahnya. Pengembangan materi yang dilakukanpun tidak lepas dari ide sentral seputar "ekonomi". Sedekah, Tahajjud, Dhuha, Al-Waqiah, Shalawat, semuanya adalah topik yang sering diulas dalam penampilannya dan semua itu jelas mengusung satu ide sentral; ekonomi. Ustd. Yusuf seperti mendoktrin umat untuk terus berusaha melakukan yang terbaik dan menjadikan Allah sebagai penolong utama dan judikator yang memberikan hasil sekaligus berusaha meningkatkan kepedulian sosial agar gap antara si miskin dan si kaya bisa lebih kecil disebabkan tumbuhnya cinta dalam berbagi. Hasilnya, bukankah kisah-kisah ajaib tentang ide berbagi itu terus bermunculan? Bahkan mungkin anda pernah mengalaminya. Artinya, sudah banyak orang yang tergapai hatinya melalui sentuhan ceramah beliau. Jika kita diberikan hal yang kita benar-benar butuhkan, telinga ini pasti terpasang dan hati inipun pasti merekam. Begitulah ustd. Yusuf, cerdas dalam melihat kebutuhan mendasar individu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar